Sangat sulit untuk menemukan literatur atau artikel yang membahas secara
khusus mengenai Nabi Khidir, baik di majalah-majalah ataupun di dunia
maya. Satu-satunya sumber otentik adalah kisahnya mengenai Nabi Musa
yang menjadi murid Nabi Khidir, yang tertulis di dalam Kitab Suci
Al-Qur’an. Dikisahkan bahwa kemudian Nabi Musa tidak sanggup menerima
ajaran Nabi Khidir yang sulit dipahami oleh akal sehat, seperti ketika
Nabi Khidir membunuh seorang bocah, melubangi sebuah kapal sehingga
tenggelam, dll.
Di dalam masyarakat Jawa, ada sebuah kepercayaan bahwa Nabi Khidir masih
hidup hingga saat ini, bahkan ada yang pernah mengaku bertemu dengan
beliau (hanya Allah yang tahu), salah satunya menurut cerita, Sunan
Kalijogo juga pernah bertemu dengan Nabi Khidir. Setelah beberapa waktu
mencari, lewat sebuah buku kecil yang tidak mengisahkan tentang nabi
ataupun rasul, saya menemukan sebuah tulisan singkat mengenai Nabi
Khidir. Tulisan ini mengenai riwayatnya yang seadanya, dan kunjungannya
ke rumah Nabi Muhammad SAW, tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW
meninggal dunia.
Diceritakan bahwa Nabi Khidir lahir sebagai keturunan bangsawan, pada
masa Nabi Zulkarnain AS. Ia lahir dengan sendok perak di mulutnya (dua
kemungkinan: (1)hal ini seperti sebuah perumpamaan, karena beliau
seorang bangsawan, maka secara otomatis dalam hal makanan ia tercukupi,
atau (2)beliau benar-benar lahir dengan sendok perak di mulutnya), dan
singgasana megah yang juga dari emas. Namun seperti nabi-nabi lain yang
gelisah, Nabi Khidir juga mulai merasakan sesuatu yang tak beres, yang
mengakibatkannya memulai sebuah pencarian. Pencarian tersebut akhirnya
berujung pada Tuhan, sama seperti Nabi Ibrahim AS pada awalnya, yang
mencari Tuhan. Nabi Khidir pertama kali ‘melihat’ Tuhan pada
makhluk-makhluk ciptaan-Nya: langit dan bumi beserta isinya.
Dengan izin Allah, akhirnya Nabi Khidir pun mendapat ilmu pengetahuan
langsung dari sisi Allah SWT, yang mampu menahannya dari kematian hingga
hari ini. Beliau pun dapat sesuka hati pergi kemanapun beliau suka,
menembus ruang dan waktu. Sekilas kisahnya memang seperti film-film
fiksi buatan Hollywood, namun itu semua bukanlah fiksi, tapi kenyataan
dari seorang utusan Allah SWT. Nabi Khidir adalah nabi yang diutus untuk
menguji nabi lainnya. Tercatat Nabi Zulkarnain AS dan Nabi Musa AS, dua
orang rasul yang diuji oleh seorang Nabi Khidir.
Akan tetapi, kisahnya bersama Nabi Zulkarnain sangat sulit ditemukan,
sesulit mencari dimana rumahnya, dimana ia berada saat ini, bagaimana
wujudnya, atau rahasia-rahasia lainnya. Yang mudah diketahui dari Nabi
Khidir adalah hijau (khidir=hijau), dimana hijau seringkali digunakan
untuk melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Kemudian seperti yang tertulis di awal, bahwa terakhir kali muncul di
depan rumah Nabi Muhammad SAW sesaat setelah beliau meninggal (bayangkan
jarak waktu antara Nabi Musa AS dan Nabi Zulkarnain AS dan Nabi
Muhammad SAW), dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Nabi SAW;
Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Tercatat bahwa Nabi Khidir AS
mengucapkan sesuatu yang berbunyi,
“Salam atas kalian, wahai Ahlul Bait Nabi ….Sungguh, Allah memberikan
pengganti dari setiap yang meninggal, pelipur lara dari setiap musibah,
dan susulan dari setiap yang hilang. Maka, berserah dirilah kalian
kepada-Nya dan percayalah sepenuhnya kepada-Nya. Semoga kalian sudi
memohonkan ampunan untukku.”
Tidak hanya itu, Ali, sahabat sekaligus menantu Nabi SAW juga mewariskan
sebuah do’a dari Nabi Khidir. Ali mengajarkannya kepada muridnya,
Kumail bin Ziyad, yang kemudian do’a ini konon menjadi do’a wajib bagi
tentara Hizbullah. Kekuatan do’a ini sungguh besar. Hizbullah bukanlah
tentara yang terlatih untuk perang, mereka hanyalah orang-orang yang
ingin mempertahankan tanah airnya, namun mereka sanggup memenangkan
pertempuran dengan Israel pada tahun 2006. Do’a ini kemudian dikenal
dengan Do’a Kumail, yang juga membuat seorang filsuf kenamaan Prancis
menangis ketika membaca do’a ini (dari buku “Menyerap Energi Ketuhanan”
karangan Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, dengan sedikit modifikasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar