12 Februari 2012

Sejarah Asal-Mula Istilah “Pacaran Islami”


 

Sejumlah orang, terutama yang suka browsing di internet pada tahun-tahun belakangan ini, menyangka bahwa aku adalah pencetus istilah “pacaran islami”. Persangkaan tersebut keliru. Untuk meluruskan kekeliruan tersebut, berikut ini hendak aku jelaskan “sejarah” asal-mula munculnya istilah “pacaran islami”.

Sebagaimana kebanyakan istilah lain, istilah “pacaran islami” belum diketahui secara pasti kapan tanggal kemunculannya untuk pertama kalinya. Namun, aku ingat, istilah ini mulai “populer” pada dasawarsa 1980-an di Yogyakarta (Jogja). Yang mempopulerkannya pertama kalinya adalah sejumlah aktivis dakwah yang menjadikan mahasiswa (dan pelajar sekolah menengah) sebagai sasaran utama dakwah mereka.
Ketika itu, aktivitas dakwah tidaklah seramai sekarang. Tidak mudah menarik minat mahasiswa (dan pelajar) untuk hadir dalam acara-acara majelis taklim. Karena itu, banyak aktivis dakwah yang menggunakan strategi “berbicara sesuai dengan bahasa khalayak”, antara lain dengan penggunaan istilah “pacaran islami”.
Ternyata penggunaan istilah “pacaran islami” dan istilah-istilah “merakyat” lainnya berhasil menarik minat banyak mahasiswa dan pelajar untuk menghadiri majelis-majelis taklim. Sejak itulah hingga sekarang gerakan dakwah di kalangan mahasiswa dan pelajar menjadi ramai.
Ketika aku aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta mulai pertengahan dasawarsa tersebut, aku jumpai bahwa tidak banyak aktivis dakwah yang melakukan pacaran. Namun walaupun saat itu aktivis dakwah yang pacaran tidak banyak, perilaku pacaran tidaklah kami anggap tercela, apalagi haram. Kami membolehkannya bila dilakukan secara islami. Bahkan, beberapa tokoh Muhammadiyah yang lebih senior seperti Pak Amien Rais, dalam banyak kesempatan di depan publik, malah secara terang-terangan menceritakan pengalaman pacarannya.
Salah seorang “tokoh” kami pun secara terang-terangan mempraktekkan pacaran (secara islami) selama beberapa tahun di hadapan kami para aktivis dakwah, khususnya IMM di Jogja, dan juga di depan publik lainnya. Aku ingat, namanya ialah mas Fauzan, sedangkan pacarnya bernama mbak Yuli, sesama aktivis IMM. Mas Fauzan itu semula menjadi Ketua Umum IMM komisariat Gadjah Mada, kemudian menjadi Ketua Umum DPD IMM Daerah Istimewa Yogyakarta. (Begitulah seingatku. Sedangkan jabatan selanjutnya apa, kini aku sudah lupa.)
Pada masa itu, praktis belum ada suara-suara penentang keberadaan pacaran dalam Islam. Penentangan terhadap pacaran dalam Islam di Indonesia, sejauh pengamatanku, baru muncul setelah era 1990-an, seiring dengan perkembangan gerakan-gerakan dakwah tertentu yang dipengaruhi oleh Timur Tengah, seperti Ikhwanul Muslimin (yang kemudian menghasilkan PKS) dan kaum “Salafi-Wahhabi”.
Mulai era 2000-an, upaya penentangan terhadap keberadaan pacaran dalam islam semakin keras, terutama pada kalangan aktivis dakwah. Aku menyaksikan, penentangan dari sebagian di antara mereka terlalu keras, sampai “menertawakan” pelaku pacaran islami. Sementara itu, kebanyakan aktivis dakwah lainnya (yang menerima keberadaan pacaran dalam Islam) lebih banyak diam.
Kebetulan, mulai era 2000-an, aktivitas dakwahku sendiri mulai terfokus pada masalah-masalah cinta asmara. Aku pun menyaksikan keresahan para remaja, khususnya kalangan santri, yang merasa “terpojok” lantaran “ditertawakan”. Sementara itu, aku pun melihat adanya gejala bahwa sikap keras para aktivis dakwah dalam menentang pacaran islami menjadikan banyak remaja menjauhi dakwah.
Melihat itu, tergeraklah diriku untuk turut menyuarakan bahwa “ADA pacaran dalam islam“. Sejak sekitar tahun 2000 itu, aku berusaha menyuarakannya secara sistematis, baik lewat internet maupun buku, sehingga kemudian sejumlah orang menyangka diriku adalah pencetus “pacaran islami”. Padahal, aku hanyalah seorang “saksi” lahirnya istilah “pacaran islami” pada dasawarsa 1980-an itu. (Hingga dekade 1990-an, aku masih sangat jarang menyuarakan keberadaan pacaran islami.)
Demikianlah kesaksianku, yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan untuk disebut sebagai sejarah. Mudah-mudahan akan ada ahli sejarah yang mampu menyampaikan paparan yang lebih jelas dan lebih rinci mengenai sejarah munculnya istilah “pacaran islami”. Aamiin.
Alhamdulillah, kini penentangan terhadap keberadaan pacaran dalam Islam tidak lagi terlalu keras. Bahkan, dukungan terhadap pacaran islami semakin besar

Tidak ada komentar: