29 Maret 2011

MotoGp Bukan Hanya soal Rossi

Selalu menarik membaca debat kusir di milis manapun yang isinya adalah sekumpulan penggemar/fans/penikmat atau apapun namanya yang berhubungan dengan olahraga. Bisa soal sepakbola, basket, balap motor, balap mobil, tapi yang pasti bukan balap karung. Satu hal paling atas yang bisa saya sebut soal ke engganan saya masuk ke milis/forum -salah satunya- fans sepakbola adalah seringnya ‘teriakan’ terlalu bangga pada tim sendiri dan menjelek-jelekkan tim lain atas nama fanatisme (berlebihan).

Kini soal Valentino Rossi di balap MotoGP. Salah satu cara untuk mengikuti eksistensi VR saya lakukan dengan bergabung dengan salah satu milis MotoGP -bukan milis balap lho-. VR sendiri sudah saya ikuti kiprahnya sejak ada di kelas 125cc dan 250cc. Tahun berapa ? Coba googling lagi sejarah VR di pentas MotoGP. VR sendiri adalah sosok penerus yang saya kagumi sejak era Doohan berhenti. Dulu saat pertama kali lihat balapan ini adalah saat Mick Doohan doyan jalan sendirian di depan dan jadi penguasa kelas paling tinggi MotoGP. Lepas MD cedera dan pensiun dini tentunya saya harus memalingkan dukungan ke sosok baru. Dulu ada nama Norifumi Abe, gampang dikenal dengan gaya kepala mendongak saat balapan plus rambut panjangnya yang berkibar. Ironis NA kini telah tiada akibat kecelakaan di jalan raya senasip dengan daijiri KATO tetpai kato crash di sircuit bukan dijalan raya.

Siapa lagi yang harus saya dukung ? Ada sosok centil di balapan, dan saat dia menang ada saja semacam pertunjukkan yang mampu membuat penonton bertahan di depan tv hanya untuk sekedar menikmati selebrasi uniknya. Namanya Valentino Rossi. Entah berapa banyak macam selebrasi yang dilakukan VR. Selain selebrasi unik muncul juga fenomena kemunculan livery helm fantastis yang selalu berubah sesuai event atau kejadian yang tengah berjalan. Sosok VR ini lah yang mendominasi balapan hingga saat ini meski di beberapa tahun terakhir nama pembalap lain mampu menggoyang dominasi VR, tercatat nama Jorge Lorenzo plus Casey Stoner. Kini pemilik nomor favorit saya -27 bergabung dalam tim Ducati Marlboro Tim sejak tahun 2007 dan tahun ini bergabung dalam team Honda Repsol setelah diawal karir nya di motogp dulu tahun 2006 bergabung di LCR Honda alias tim satelit Pabrikan Honda Repsol.

VR tetaplah seorang legenda yang harus diakui oleh semua penikmat balap. Dengan konsistensi penampilan yang apik membuat para pesaing terus berlomba merubuhkan dominasi seorang VR. Sampai akhirnya VR dikalahkan oleh dirinya sendiri akibat kecelakaan di Mugello.

Tapi pentas balap bukan hanya soal VR seorang. Tanpa dirinya sebenarnya balapan tetap berjalan apik. Tentu jika anda penikmat balap, bukan penikmat VR. Di lintasan penonton tetap disuguhi pesta adu kecepatan, adu manuver, adu nyali hingga adu keberuntungan. Saya yang kini mendukung tim Oranye HONDA REPSOL tampaknya harus legowo melihat HONDA REPSOL saat ini sudah adu sama kencang dengan pabrikan lain. Di sinilah dituntut semua keahlian pembalap. Mumpung tidak ada VR, kini saat nya semua melaju ke depan berebut podium. Saya tidak menganggap balapan tanpa VR adalah sayur tanpa garam. Balapan adalah balapan.

Apa inti dari tulisan saya malam ini ? "Menjadi seorang penikmat olahraga tidak dibutuhkan sifat berlebihan dalam memberikan dukungan. Jagoan tentunya ada saat naik dan saat turun. Valentino Rossi sebagai ikon utama pentas balap MotoGP memang belum tergantikan. Tapi dengan usianya yang mendekati masa pensiun dan bersenang-senang tentunya seorang fans VR sekalipun harus bersiap mencari idola lain yang harus di support. Apakah nanti jika balap MotoGP tidak lagi di isi nama VR maka anda berhenti menonton balap ? Maka anda bukanlah penikmat sejati balapan"

Tidak ada komentar: